Minggu, 04 September 2016

Dokter Muda KKS 2 Ilmu Kesehatan Anak (7 September 2015-13 November 2015)

Selesai sudah masa-masa coass di Ilmu Obsgyn. Sekarang kami melanjutkan pendidikan di stase Ilmu Kesehatan Anak atau stase Anak. Sepertinya, berhubungan dengan stase sebelumnya ya, dari masa-masa ibu yang mengandung hingga melahirkan anak, sekarang kami tiba di stase yang membahas mengenai anak yang dilahirkan tersebut.

Menurut saya, stase ini merupakan stase yang juga begitu santai, meskipun tidak sesantai stase sebelumnya. Isi dari keseluruhan stase ini adalah mengenai anak, mulai dari anak yang masih bayi hingga yang sudah beranjak remaja, dengan berbagai masalah kesehatan yang dihadapinya.

Sekarang saya membahas mengenai berbagai macam ruangan yang ada di bagian anak.

1. Ruang Rawat Anak. Ini merupakan ruang rawat bagi anak-anak dengan berbagai masalah kesehatan, mulai dari Demam Typhoid atau dikenal dengan sakit tipes, DBD, Demam Dengue, Thalassemia, Campak, berbagai macam Diare, dll. Bahkan masalah gizi buruk juga ada. Tugas kami disini komplit, mulai dari menerima pasien baru, anamnesis dan memeriksa pasien baru maupun lama, menulis resep, menghubungi konsulen jika ada pasien baru maupun gawat, menulis buku amprahan, mencatat follow-up perkembangan kesehatan pasien, melaporkan pasien kepada konsulen, hingga memantau pengobatan yang diberikan kepada pasien. Saya bertugas di ruangan ini selama 4 minggu.

2. Neonatal Intensive Care Unit/ NICU. Ini ruangan yang dipenuhi bayi-bayi. Dari namanya saja kita sudah tau bahwa ruangan ini merupakan ruang perawatan intensif atau ICU yang berisi bayi-bayi baru lahir dengan berbagai masalah kesehatan, mulai dari bayi dengan berat badan lahir yang kurang seperti BBLR, BBLSR, bayi yang tidak langsung menangis saat lahir, memiliki kelainan kongenital atau bawaan saat lahir, dsb. Tugas kami disini adalah menerima pasien baru, alloanamnesis dan memeriksa keadaan bayi mulai dari mengukur nadi, suhu, BB, PB, LIKA, LIDA, LILA, dll, memantau perkembangan pasien setiap hari, serta melaporkan setiap kondisi pasien kepada konsulen. Saya bertugas di ruangan ini selama 3 minggu.

3. Poli Anak. Ruangan bagi pasien anak yang ingin menjalani berobat rawat jalan. Tugas kami mulai dari anamnesis, memeriksa, dan menimbang pasien awal sebelum diperiksa lebih lanjut oleh konsulen. Saya di ruangan ini selama 3 minggu.

Sama seperti bagian sebelumnya, jadwal WH dan Jaga malam di ruangan ini sama persis. Perbedaannya adalah untuk minggu ke-9 dan ke-10, senior di ruangan tersebut tidak lagi jaga malam, hanya tugas di jadwal WH saja. Kegiatan kami selama di ruangan ini selain berhadapan dengan pasien dan melapor ke konsulen, kami juga mengikuti bed-side-teaching, bimbingan dan diskusi dari para konsulen. Adapun untuk melewati bagian ini, kami harus mengikuti beberapa kewajiban, mulai dari promosi kesehatan, presentasi referat, laporan kasus, hingga ujian pasien.







Beberapa konsulen kami di bagian anak, antara lain:

1. dr. Elly Kusmayati, Sp.A, selaku kepala bagian.

2. dr. Sukardi, Sp.A

3. dr. Ade Saifan, Sp.A, beliau adalah preseptor saya.

4. dr. Maghfirah, M.Kes, Sp.A

5. dr. Mauliza, M.Ked (Ped), Sp.A

6. dr. Julia Fitriani, M.Ked (Ped), Sp.A

Adapun judul berbagai tugas saya antara lain:

  1. Referat, dengan judul Hidrosefalus.
  2. Laporan kasus, dengan judul Sindrom Nefrotik.
  3. Ujian Pasien.
Kesan saya selama di bagian ini adalah bidan, perawat, dan konsulen nya yang baik-baik, unik, care, sopan, dan suasana pendidikan di bagian ini sangatlah nyaman, meski ruangan menginap coass nya sering bermasalah di AC-nya, sehingga kami sering menggunakan kamar dokter untuk beristirahat. 





Saya juga menjadi chief dokter muda di bagian ini. Chief adalah dokter muda yang paling senior dalam suatu bagian yang bertanggung jawab sebagai ketua dokter muda di bagian tersebut. Chief ini nantinya menghubungkan antara kepala bagian dan para konsulen dengan coass di bagian tersebut, mengatur jadwal perpindahan ruangan tugas coass, serta mengatur jadwal WH dan jaga. Istilah seperti ketua kelas begitu atau komisaris leting begitu. Pada minggu ke-6, saya menjadi chief di bagian ini dikarenakan senior di atas kami telah habis jadwal tugas di bagian ini dan telah pindah ke bagian lain. 








Setelah habis masa tugas di bagian ini, kami dijadwalkan akan pindah ke stase Pulmonologi atau stase paru. Stase yang kata para senior sangat horor. Meski begitu, saya tetap mencoba tenang dan menikmati suasana yang ada. Semangat ya..

Sabtu, 03 September 2016

Dokter Muda KKS 1 Ilmu Obstetri dan Ginekologi (29 Juni 2015-4 September 2015)

Pengumuman telah keluar dan kami ditempatkan di stase Obstetri dan Ginekologi atau dikenal dengan bagian Kebidanan dan Kandungan. Stase yang menurut senior-senior terdahulu merupakanidur bagian yang lumayan santai dan nyaman. Stase yang dipenuhi oleh pasien-pasien perempuan, termasuk ibu-ibu hamil. Kami menjalani bagian ini selama 10 minggu. Pada bagian ini, kami bertugas di beberapa ruangan. Waktu bertugas adalah saat jam Wajib Hadir (WH) yaitu dari jam 08.00-14.00 WIB dan jam jaga malam yaitu dari jam 14.00-08.00 ditambah WH hari berikutnya. Sementara pada hari Sabtu, Minggu, dan hari libur, jam jaga tetap berlaku bagi yang bertugas saja yaitu dari jam 08.00-jam 08.00 hari berikutnya atau 24 jam. Ruangan Co-Ass di bagian ini adalah yang paling nyaman, karna dilengkapi AC, TV, kulkas, tempat tidur springbed, ambal tidur serta bantal dan selimut, meja dan kursi belajar, piring dan gelas, kamar mandi, sofa dan meja diskusi, serta lemari buku dan baju. Sudah seperti kamar kost high class atau apartemen aja ya, hehehe. Betah rasanya lama-lama di ruangan itu.





Stase ini memiliki beberapa ruangan dan beberapa diantaranya adalah tempat kami bertugas yaitu:

1. Ruang Bersalin/ VK. Ini merupakan ruangan tempat ibu-ibu hamil yang akan menjalani masa-masa persalinan. Biasanya ditangani oleh bidan, dokter umum, dan dokter muda. Saya bertugas di tempat ini selama 5 minggu, baik itu di jam WH (Wajib Hadir) maupun jaga malam. Disini saya bertugas membantu dan menangani berbagai persalinan. Namun, pada saat itu, pasien yang memilih bersalin di RS belumlah banyak, mungkin sebagian memilih ke klinik Bidan atau RS terdekat.
2. Poli KB. Disini tempat konsultasi mengenai KB bagi keluarga yang ingin ber-KB. Yang bertugas adalah bidan senior. Tidak ada coass di ruangan ini.
3. Ruang Nifas. Ini merupakan ruangan bagi ibu-ibu yang memiliki masalah-masalah kebidanan maupun kandungan, termasuk yang baru siap menjalani operasi. Yang bertugas di bagian ini adalah dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter umum, dokter muda, bidan, serta perawat. Saya bertugas di bagian ini selama 3 minggu. Bagi saya, ruangan ini merupakan yang paling menarik selama di bagian ini, karena selain mendapatkan banyak pengalaman, ilmu dan kasus, bidan dan perawat di sana juga sangat baik dan ramah.
4. Poli Kandungan. Ini merupakan tempat bagi pasien rawat jalan maupun ibu-ibu hamil yang ingin mengontrol perkembangan kehamilannya. Yang bertugas disini adalah dokter spesialis, dokter muda, serta bidan senior. Tugas kami disini adalah melakukan anamnesis serta pemeriksaan fisik awal pada setiap pasien, sebelum selanjutnya dilakukan pemeriksaan USG oleh dokter spesialis di ruangan periksa. Saya bertugas di bagian ini selama 2 minggu.
5. Ruang Operasi. Disini tempatnya untuk melakukan tindakan operasi bagi pasien-pasien kandungan. Operasi yang dilakukan seperti Sectio Caesaria (SC/ Sesar), Histerektomi, dll. Pasien dapat berasal dari Ruang Nifas maupun dari Ruang Bersalin. Kami menjalani tugas di ruangan ini bersamaan dengan saat bertugas di Ruang Bersalin. Tugas kami disini adalah sebagai asisten operator pada saat operasi.



Awalnya saya masih sangat kaku dan bingung, terutama ketika menerima pasien untuk pertama kali, namun lambat laun saya mulai terbiasa dan tidak canggung lagi saat menerima pasien baru. Terdapat 3 dokter spesialis di bagian ini, dan disini mereka adalah sebagai dokter pembimbing/ Preseptor kami selama menjalani pendidikan di bagian ini, beliau adalah guru-guru kami disini, beliau adalah
1. dr. Cut Elfina Zuhra, Sp.OG, selaku kepala bagian.
2. dr. Nilawati B. Zulkarnain, Sp.OG, beliau adalah preseptor saya.
3. dr. Liza Marosa, M.Ked, Sp.OG

Selama di bagian ini, kami setiap hari diberikan Bed Side Teaching (bimbingan per pasien). Selain bertugas menghadapi pasien, kami juga wajib menjalani tugas-tugas maupun ujian agar dapat melewati bagian ini antara lain Promosi Kesehatan, Presentasi Referat, Presentasi Laporan Kasus, hingga Ujian Pasien. Saya kemudian menyelesaikan tugas dan ujian tersebut dengan judul sebagai berikut.
1. Promosi Kesehatan, berjudul Candidiasis Vaginalis, ini penyakit jamur yang menyerang alat kelamin perempuan.
2. Referat dengan judul Mola Hidatidosa, atau dikenal sebagai hamil anggur.
3. Laporan Kasus dengan judul Intrauterine Fetal Death, atau kematian janin dalam kandungan.
4. Ujian Pasien beserta ujian-ujian lisan.



Yg paling berkesan di bagian ini adalah ketika kami beruntung mendapatkan pasien yang merupakan seorang pengungsi Rohingya dan disertai bayi pertama Rohingya yang lahir di Indonesia, hampir setiap hari datang wartawan ke tempat kami, hingga kami pun ikut difoto dan diabadikan bersama si ibu Rohingya sang pengungsi dari Myanmar ini. Bayi tersebut dinamakan Hasanudin.

Setelah mengarungi suka-duka bertugas di ruangan ini selama 10 minggu, tibalah kami harus mengakhiri masa-masa di bagian ini, dan berlanjut ke bagian selanjutnya. Sekian dulu ya share pengalamannya, ditunggu juga pengalaman kamu, teman-teman sejawat dokter muda.

Sarjana Kedokteran hingga KKJ (5 Mei 2015-29 Juni 2015)

Setelah mengarungi masa-masa perjuangan sebagai mahasiswa Pre-Klinik atau mahasiswa biasa, akhirnya saya berhasil mendapatkan titel Sarjana Kedokteran (S.Ked), setelah bersenang-senang melewati masa-masa yudisium dan wisuda, akhirnya tibalah masanya untuk ujian komprehensif untuk memasuki masa co-ass. Setelah berjuang melewati masa-masa ujian, akhirnya tibalah pengumuman dan saya dinyatakan lulus. Selamat datang masa-masa menjadi dokter muda atau co-ass. Selamat datang masa-masa pendidikan klinik.










Sebelum memasuki rumah sakit, kami dibimbing terlebih dahulu dalam suatu pendidikan singkat yaitu Pre-Clerkship, disana kami diajarkan review keterampilan yang akan digunakan selama di rumah sakit, terutama Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Penunjang, Penegakan Diagnosis Kerja dan Banding, hingga menentukan Penatalaksanaan dan memperkirakan Prognosis.

Setelah itu, tibalah saatnya untuk memasuki masa pendidikan klinik untuk pertama kali. Bertempat di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia, Aceh Utara. Awalnya memasuki rumah sakit, mulai terasa semangat baru muncul untuk menjalani pendidikan yang baru, Yang harus dijalani adalah masa-masa kepaniteraan klinik junior (KKJ) selama 2 minggu. Disana kami dibimbing oleh senior masing-masing bagian/ stase besar mengenai peraturan dan tugas yang akan dilaksanakan di bagian masing-masing.

Setelah melewati masa-masa 2 minggu sebagai KKJ, barulah kami memasuki kepaniteraan klinik senior (KKS). Bagian pertama yang akan kami jalani adalah bagian Obstetri dan Ginekologi (Kebidangan dan Kandungan). Selamat datang masa-masa coass.

Jumat, 30 Mei 2014

Kesehatan 2 : Trauma Tulang Belakang

Trauma adalah cedera fisik atau emosional. Secara medis, trauma mengacu pada cedera serius atau kritis, luka, atau syok. Kita semua pasti mengenal apa itu vertebrae atau dikenal sebagai tulang belakang. Kali ini saya akan menyampaikan rubrik tema mengenai kesehatan. Kebetulan ini adalah tugas makalah saya. Lumayan bisa berbagi ilmu untuk saudara-saudara. Jika ada yang ingin ditanyakan dari rubrik saya, mohon disampaikan.


 Trauma Spina merupakan suatu cedera pada kolumna vertebralis, otot, ligament, diskus, dan gangguan pada medula spinalis oleh berbagai keadaan akibat trauma pada tulang belakang (servikalis, toraks, dan lumbal).
Struktur spina terdiri atas kolumna vertebralis (tulang, otot, ligament, diskus) dan medulla spinalis yang terdapat di dalamnya. Kondisi yang harmonis antara tulang, ligament, dan otot-otot tulang belakang akan mempertahankan kondisi diskus intervertebralis dan kurvatura dalam kondisi optimal untuk secara fisiologis. 
Secara ringkas kolumna vertebralis merupakan susunan dari tulang belakang. Untuk mempertahankan fungsinya kolumna vertebralis dibantu oleh ligamen, otot, dan diskus yang secara optimal menjaga kondisi kurvatura.  
             Efek trauma terhadap tulang belakang bisa bisa berupa fraktur-dislokasi,fraktur, dan dislokasi. Frekuensi relatif ketiga jenis tersebut adalah 3:1:1. Fraktur tidak mempunyai tempat predileksi, tetapi dislokasi cenderung terjadi pada tempat-tempat antara bagian yang sangat mobil dan bagian yangterfiksasi, seperti vertebra C1-2, C5-6, dan T11-T12.


Segmen dari spina terbagi dalam segmen servikal, torakal, lumbal, dan sacrum (pada kondisi klinik termasuk di dalam gelang panggul) yang secara anatomis pada setiap segmen antar vertebra akan keluar radiks dan distribusi dari saraf spinal.
1.      Vertebra servikalis. Tujuh vertebra servikalis membentuk ruas tulang leher di daerah tengkuk dan secara anatomis paling kecil dibandingkan vertebra lainnya.
2.      Vertebra torakalis atau tulang punggung mempunyai bentuk lebar dan lonjong dengan faset atau lekukan kecil di setiap sisi untuk menyambung iga. Pada setiap segmen torakalis terdapat radiks distribusi saraf spinal yang secara otonom mengatur organ-organ internal.
3.      Vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang merupakan vertebra yang terbesar. Badannya sangat besar dibandingkan dengan vertebra lainnya dan berbentuk seperti ginjal. Prossesus spinosusnya lebar dan berbentuk seperti kapak kecil. Prossesus transversusnya panjang dan langsing. Ruas kelima membentuk sendi dengan sacrum pada sendi lumbosakral.
Pada segmen lumbal akan keluar saraf yang membentuk pleksus hipogastrik yang melakukan control terhadap komunikasi dengan kandung kemih dan rektum.
 
A. TRAUMA SPINA SERVIKAL (TULANG BELAKANG DI LEHER)
Mekanisme Trauma yang terjadi pada tulang belakang servikal bervariasi. Pada kondisi klinik, adanya riwayat trauma lalu lintas merupakan hal yang paling sering menyebabkan pasien mengalami cedera pada servikalis. Mekanisme trauma pada spinal bisa secara fleksi dengan manifestasi distorsi (penyimpangan) spinal akibat perubahan dislokasi bagian anterior dan robeknya ligamen longitudinal bagian posterior.

         Trauma pada servikal bisa menyebabkan cedera spinal stabil dan tidak stabil. Cedera stabil adalah cedera yang komponen vertebralnya tidak tergeser oleh gerakan normal sehingga sumsum tulang yang tidak rusak dan biasanya resikonya lebih rendah. Cedera yang tidak stabil adalah cedera yang dapat mengalami pergeseran lebih jauh dimana terjadi perubahan struktur dari oseligamentosa posterior (pedikulus, sendi-sendi permukaan, arkus tulang posterior, ligament interspinosa, dan supraspinosa), komponen pertengahan (sepertiga bagian posterior vertebral, bagian posterior dari diskus intervertebralis, dan ligament longitudinal posterior), dan kolumna anterior (dua-pertiga bagian anterior korpus vertebra, bagian anterior diskus intervertebralis, dan ligament longitudinal anterior).

Pada cedera spina tidak stabil memberikan resiko tinggi injuri pada korda sehingga menimbulkan masalah actual dan resiko pola napas tidak efektif dan penurunan curah jantung akibat hilangnya control organ visera. Kompresi saraf dan spasme otot servikal memberikan stimulus nyeri. Kompresi diskus memberikan manifestasi paralisis dan respon sistemik dengan munculnya keluhan mobilitas fisik, gangguan defekasi akibat penurunan peristaltik usus, dan ketidakseimbangan nutrisi.

FRAKTUR ATLANTOAKSIAL (C1-C2)

Pada anamnesis, didapatkan keluhan nyeri leher bagian atas atau neuralgia oksipitalis dan mungkin tortikolis. Kadang penderita merasa tidak dapat mempertahankan kepala dala  posisi tegak atau adanya perasaan instabilitas sehingga kepala harus ditopang terus menerus dengan kedua tangan.
Ligamentum transversum berjalan dari permukaan medial dari salah satu C1 menuju ke sisi lain. Ligamentum ini pada dasarnya membatasi C2 untuk berotasi di sekitar odontoid dalam cincin tertutup tulang. Jika ligamentum ini ruptur atau jika ada fraktur yang berhubungan dengan odontoid, C1 dapat bergeser dan menyulitkan batang otak dan medulla spinalis. Cincin C1 merupakan struktur dari spinal. Adanya fraktur yang menyebabkan gangguan pada cincin dan karena bentuknya cincin, maka gangguan terjadi pada lebih dari satu lokasi. Pecahan-pecahan ini cenderung bergerak ke lateral dari berat kepala dan kontraksi otot melalui artikulasi, serta menyebabkan hilangnya sokongan kepala dari kondilus oksipitalis. 

Diagnosis dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan radiologik.
1.      Anamnesis. Penting untuk dikaji tentang riwayat dan mekanisme trauma.
2.      Pemeriksaan fisik, didapatkan adanya deficit neurologis sesuai dengan segmen spina yang terlibat.
3.      Pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan radiolografi dengan teknik membuka rahang akan membantu visualisasi adanya fraktur C1. Pemeriksaan CT scan dapat mendeteksi fraktur servikal pada pasien beresiko tinggi sekitar 10 %.

            Penatalaksanaan meliputi:
1.      Manajemen resusitasi. Manajemen awal di IGD, dimulai dengan ABC. Pada lesi servikal bagian atas, ventilasi spontan akan hilang sehingga mungkin perlu intubasi. Atasi syok bila ada. Lakukan pemeriksaan yang teliti, apakah ada cedera medulla spinalis. Bila dicurigai ada cedera servikal dilakukan imobilisasi. Imobilisasi dapat dilakukan dengan backboard¸ servical ortosis, bantal pasir, dan tape on forehead.
2.      Kolar servikal. Penggunaan kolar servikal kaku untuk memberikan tambahan sokongan untuk mencegah cedera spina tidak stabil dan kompresi korda spina.
3.      Intervensi bedah. Indikasi operasi pada cedera medulla spinalis, meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Perburukan progresif karena retropulsi tulang diskus atau hematoma epidural.
b. Untuk restorasi dan realignment kolumna vertebralis.
c. Dekompresi struktur saraf untuk penyembuhan.
d. Vertebra yang tidak stabil.
4.      Rehabilitasi.
Fraktur atlas umumnya sembuh dengan pengobatan konservatif berupa imobilisasi dengan gips Minerva atau traksi halo selama tiga bulan. Bila fraktur atlas disertai rupture ligamentum transversum, diperlukan tindakan bedah untuk stabilisasi posterior dengan memfusikan os oksipitale, vertebra C1, dan vertebra C2

           FRAKTUR SERVIKAL (C3-C7)
  Fraktur servikal pada segmen C3-C7 sangat sering terjadi. Kondisi ini bisa bersifat cedera stabil ataupun tidak stabil yang memberikan manifestasi defisit neurologis.

Adanya keluhan nyeri atau kekakuan pada leher atau punggung harus ditanggapi secara serius, sekalipun pasien dapat berjalan atau bergerak tanpa banyak mengalami gangguan. Tanyakanlah mengenai rasa baal, parestesia, atau kelemahan pada ekstremitas atas dan bawah. Mekanisme trauma dari riwayat kecelakaan dapat memberikan petunjuk penting, seperti terjatuh dari tempat tinggi, sentakan mendadak pada leher akibat tubrukan dari belakang (whiplash injury), benturan pada kepala, dan sebagainya. Tanyakan apakah pasien yang mengalami cedera sebelumnya apakah menggunakan obat-obatan atau jatuh setelah menggunakan alkohol.

Pemeriksaan fisik awal yang dilakukan adalah menentukan adanya cedera spina tidak stabil, dengan melakukan pemeriksaan keadaan umum, tanda-tanda vital (TTV), adanya defisit neurologis, dan penurunan status kesadaran pada fase awal kejadian trauma. Defek neurologis ditentukan oleh lokasi dan kekuatan trauma.
Pemeriksaan Motorik, Refleks, dan Sensasi
        Pada pemeriksaan neurologik dengan gangguan atau kompresi pada C3-C4 akan didapatkan adanya tetraplegi gangguan pada fungsi motorik, hilangnya fungsi refleks, hilangnya fungsi sensibilitas ekstremitas atas, dan gangguan pada ventilasi pernapasan.
        Pada pemeriksaan neurologik dengan gangguan atau kompresi pada C4-C5 akan didapatkan tetraplegi adanya gangguan pada fungsi motorik, hilangnya fungsi refleks, dan hilangnya fungsi sensibilitas ekstremitas atas.
Pada kompresi pada C5-C6 akan didapatkan tetraplegi, adanya gangguan pada fungsi motorik, hilangnya fungsi refleks, dan hilangnya sensibilitas ekstremitas atas.
      Pada kompresi pada C6-C7 akan didapatkan tetraplegi adanya gangguan fungsi sensorik, hilangnya fungsi refleks, dan hilangnya sebagian fungsi sensibilitas ekstremitas atas.

Pada pemeriksaan radiologi trauma servikal didapatkan hal-hal berikut:
  1. Radiologis didapatkan adanya fraktur-dislokasi akibat robeknya ligamen dan brust fraktur.
  2. Pemeriksaan CT Scan dapat dilakukan
  3. Pemeriksaan MRI untuk menilai derajat kompresi pada korda.
    Penatalaksanaan

Setiap cedera kepala atau leher harus dievaluasi adanya fraktur servikalis. Sebuah fraktur servikal merupakan suatu keadaan darurat medis yang membutuhkan perawatan segera. Penanganan fraktur servikal tergantung vertebra servikalis apa yang rusak dan luasnya fraktur. Fraktur minor sering diberikan cervical collar atau neck brace yang dipakai selama enam hingga delapan minggu sampai tulang sembuh dengan sendirinya. Intervensi traksi leher dapat dilakukan untuk menurunkan nyeri. Suatu fraktur yang lebih berat atau kompleks memerlukan bedah perbaikan atau fusi tulang belakang.