Ini merupakan penyakit yang mulai menjangkit para pemuda, termasuk di negara tropis seperti Indonesia. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurang minum ataupun diet yang kurang baik. Berikut akan saya bahas informasi singkat mengenai batu pada saluran kemih. Kalaupun ada yang mau sharing informasi atau berdiskusi, saya persilahkan.
Penyakit
batu saluran kemih sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan zaman Mesir kuno,
dengan ditemukannya batu pada kandung kemih seorang mumi. Penyakit ini
merupakan tiga penyakit terbanyak di bidang urologi di samping infeksi saluran
kemih dan pembesaran prostat. Penyakit batu saluran kemih ini merupakan masalah
kesehatan yang cukup bermakna, dapat menyerang penduduk di seluruh dunia tidak
terkecuali penduduk di Indonesia. Prevalensi penyakit batu diperkirakan sebesar
13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa.
Secara
epidemiologis, terdapat beberapa factor yang mempermudah terjadinya batu
saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah:
1. Faktor
intrinsik : herediter, umur (tersering didapatkan pada usia 30-50 tahun), dan
jenis kelamin (Laki-laki > Wanita; 3:1)
2. Faktor
ekstrinsik : geografi, iklim dan temperatur, asupan air, diet (diet banyak
purin, oksalat, dan kalsium), dan pekerjaan (sering pada orang yang
pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitas).
Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin (stasis urin) yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli.
Batu terdiri atas kristal-kristal
yang tersusun oleh bahan-bahan organic maupun anorganik yang terlarut dalam
urin. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urin jika tidak ada
keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan presipitasi kristal. Kristal-kristal
yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian
mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang
lebih besar. Meskipun ukurannnya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan
belum cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel
pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini
bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup
besar untuk menyumbat saluran kemih.
Lebih dari 80 % batu saluran kemih terdiri atas
batu kalsium, baik yang berikatan dengan oksalat
sedangkan
sisanya berasal dari batu asam urat, batu magnesium ammonium fosfat (batu
infeksi), batu xanthyn, batu sistein, dan batu jenis lainnya. Meskipun
pathogenesis pembentukan batu-batu di atas hampir sama, tetapi suasana di dalam
saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya batu tersebut tidaklah sama. Dalam
hal ini misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam suasananya asam,
sedangkan batu magnesium ammonium fosfat terbentuk karena urin bersifat basa.maupun dengan fosfat,
membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat.
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung
unsur: kalsium oksalat atau kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat
(MAP), xanthyn, dan sistin, silikat, dan senyawa lainnya.
Keluhan
yang disampaikan oleh pasien tergantung pada : posisi atau letak batu, besar
batu, dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling sering dirasakan
oleh pasien adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini mungkin bias berupa nyeri
kolik dan bukan kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltic oto
polos sistem kalises ataupun ureter yang meningkat dalam usaha mengeluarkan
batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan
intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang
memberikan sensasi nyeri. Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul
ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal.
Pada
pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra,
teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal
ginjal, retensi urin, dan jika disertai infeksi didapatkan demam/ menggigil.
Pemeriksaan
penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa yaitu:
1.
Pemeriksaan Urin
a. Pemeriksaan Sedimen Urin à menunjukkan adanya leukosituria, hematuria, dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu.
b. Pemeriksaan Kultur Urin à mungkin menunjukkan adanya kuman pemecah urea.
a. Pemeriksaan Sedimen Urin à menunjukkan adanya leukosituria, hematuria, dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu.
b. Pemeriksaan Kultur Urin à mungkin menunjukkan adanya kuman pemecah urea.
2.
Pemeriksaan Faal Ginjal
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari kemungkinan terjadinya penurunan fungsi ginjal dan untuk mempersiapkan pasien menjalani pemeriksaan foto IVU.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari kemungkinan terjadinya penurunan fungsi ginjal dan untuk mempersiapkan pasien menjalani pemeriksaan foto IVU.
3.
Pemeriksaan Darah/ Laboratorium
a. Hemoglobin,
adanya gangguan fungsi ginjal yang kronis dapat terjadi anemia.
b. Leukosit,
infeksi saluran kemih oleh karena batu menyebabkan leukositosis.
c. Ureum
Kreatinin, parameter ini digunakan untuk melihat fungsi ginjal.
d. Kadar
Elektrolit Ã
dugaan sebagai factor penyebab timbulnya batu saluran kemih (antara lain kadar:
kalsium, oksalat, fosfat, maupun urat di dalam darah maupun di dalam urin).
4.
Pemeriksaan Radiologi
a. Foto Polos Abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio-opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio-opak dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat non-opak (radiolusen).
a. Foto Polos Abdomen
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu radio-opak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio-opak dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat non-opak (radiolusen).
b. Pielografi Intra Vena (IVU)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu IVU dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non-opak yang tidak terlihat oleh foto polos perut. Jika IVU belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu IVU dapat mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non-opak yang tidak terlihat oleh foto polos perut. Jika IVU belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd.
c. USG
USG dikerjakan apabila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVU, yaitu pada keadaan-keadaan: alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengerutan ginjal.
USG dikerjakan apabila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVU, yaitu pada keadaan-keadaan: alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli (yang ditunjukkan sebagai echoic shadow), hidronefrosis, pionefrosis, atau pengerutan ginjal.
Batu
yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya harus dikeluarkan
agar tidak menimbukan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan
tindakan/ terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu telah menimbulkan
obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena sesuatu indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan dengan cara
medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endourologi, bedah
laparoskopi, atau pembedahan terbuka.
Teman-teman dapat konsultasikan langsung ke dokter, terutama bagian bedah, penyakit dalam, ataupun urologi.
Referensi:
1.
Purnomo BP. Dasar-dasar Urologi. Jakarta: CV.Sagung Seto. 2011
2.
O’Callaghan CA. At a Glance Sistem Ginjal. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga. 2007
3. Ikatan
Ahli Urologi Indonesia (IAUI). Guidelines Batu Saluran Kemih. Jakarta : PP-IAUI.
2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar